Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Kebanyakan manusia suka membaca novel. Membaca novel bukanlah kegiatan yang tidak mendatangkan manfaat. Banyak manfaat yang akan kita dapatkan dari kegiatan membaca baik itu membaca teks non fiksi maupun fiksi seperti novel. Karena pada dasarnya sebuah teks narasi yang bersifat fiksi seperti novel selain bersifat menghibur, juga mendidik pembacanya. Secara tidak langsung membaca novel akan mendidik pola pikir, jika kita mampu menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita tersebut.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya yang menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Prosa merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berbentuk cerita. Cerita dalam sebuah novel pasti terdapat amanat, karena amanat merupakan salah satu unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun kasrya sastra dari dalam. Amanat merupakan unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Amanat mengandung nilai-nilai edukasi bagi pembacanya, seperti nilai moral dan sosial. Nilai moral adalah nilai yang berhubungan dengan kepribadian tokoh, sedangkan nilai sosial adalah nilai yang berhubungan dengan interaksi tokoh terhadap tokoh lain atau lingkunganya. Sehingga setiap novel pasti mengandung nilai-nilai pembelajaran baik moral maupun sosial.

Meskipun novel merupakan sebuah karya yang bersifat fiksi (khayalan), tetapi cerita yang terkandung di dalamnya sangat dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya, dan latarbelakang pengarang. Dengan demikian, cerita yang disajikan oleh pengarang pasti mengandung pesan positif yang ingin disampaikan kepada pembacanya. Disinilah peran novel yang dapat mendidik pembacanya. Kita dapat menemukan nilai pembelajaran yang sangat bagus dan luar biasa seperti dalam sebuah novel Yang Telah Lama Pergi karya Tere Liye.

Novel Yang Telah Lama Pergi karya Tere Liye ini merupakan novel Tere Liye yang memiliki genre berbeda dengan novel Tere Liye lainnya. Novel ini menceritakan tentang sebuah misi balas dendam yang dilakukan oleh kelompok perompak terhadap pemimpin Kerajaan yang zalim pada rakyatnya. Misi tersebut didukung oleh seorang kartografer (pembuat peta) bernama Mas’ud dari Baghdad yang tidak sengaja masuk ke dalam kapal perompak saat ia hendak berpetualang menyelesaiakan pembuatan petanya. Awalnya ia tidak mau terlibat dalam aksi balas dendam itu, akan tetapi setelah mendapat nasihat dari Biksu Tsing ia pun berkenan terlibat dalam misi besar itu. Dalam melaksanakan misinya, kelompok perompak itu berkali-kali menghadapi pasukan kerajaan. Mereka melakukan pertarungan di tengah lautan. Dengan strategi yang siap dan matang, kelompok perompak pimpinan Remasut si Raja Perompak itu berhasil meruntuhkan keangkuhan kepemimpinan Raja Sriwijaya. Mas’ud sang kartografer pun dapat kembali pulang dengan membawa hasil peta yang telah ia selesaikan dengan sempurna dan dapat berjumpa dengan anaknya yang sejak dalam kandungan telah ia tinggal berpetualang. Selama berlayar dan melaksanakan misi pemberontakan bersama para perompak ia sembari mengerjakan pembuatan petanya.

Novel ini menceritakan kisah dengan latar tahun 1200 Masehi yang terdapat pengkhiantan, pemberontakan, dan pertempuran. Novel ini menyajikan kisah Sejarah yang dipadukan dengan isu dan masih ada keterkaitannya dengan keadaan saat ini. Pemberontakan terhadap kepemimpinan yang zalim itu sangat sesuai dengan kondisi saat ini. Pemimpin yang zalim kerap kita jumpai, Maka novel ini memiliki pesan moral dan sosial yang sangat kuat.

Novel ini mengandung nilai moral yang sangat penting untuk kita perhatikan. Nilai moral yang dapat kita petik diantaranya yaitu sebagai seorang pemimpin harus bersikap bijaksana seperti Remasut, si Raja Perompak. Meskipun komplotan perompak itu menyerang suatu daerah untuk meruntuhkan Kerajaan Sriwijaya yang zalim, tapi mereka tak pernah menyerang warga sipil. Sasaran yang mereka tuju yaitu pasukan kerajaan yang berjaga di daerah tersebut. Novel ini juga mengajarkan kepada kita bahwa apabila kita menjadi seorang pemimpin daerah jangan zalim dan semena-mena pada rakyatnya, karena suatu saat pasti akan mendapatkan balasannya. Selain itu, karakter Mas’ud yang giat berlatih pedang bersama Remishi sang pendekar samurai hebat mengajarkan kepada kita tentang pentingnya sebuah kesunggahan dalam mempelajari sesuatu. Ketika kita giat berlatih, maka kita akan mampu menguasai suatu keterampilan tertentu. Peran si Remishi juga tak kalah penting dalam mengembangkan kemampuan bertarung pria Baghdad itu. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa baik pelatih atau pun yang dilatih harus komitmen dan bersungguh-sungguh.

Novel Tere Liye ini juga diperindah dengan nilai-nila sosial di dalamnya. Nilai sosial yang dapat kita petik dari novel ini yaitu tentang solidaritas semua anggota organisasi. Tanpa solidaritas yang kuat, para perompak tak akan mampu menuntaskan misinya dalam memerangi kezaliman kerajaan. Novel ini pun mengajarkan kepada kita pentingnya sebuah strategi untuk berhasil mencapai tujuan bersama. Strategi yang matang dan solidaritas yang kuat akan membawa kita pada sebuah kejayaan suatu organisasi.

Novel ini sangat bagus karena terdapat banyak nilai-nilai dan motivasi hidup. Kita sebagai pembaca sepatutnya dapat memahami serta menerapkan pesan moral yang terkandung di dalam karya sastra ini. Membaca bukan sekadar aktivitas membaca kata demi kata melainkan juga harus memahami makna dalam cerita itu baik yang tersurat maupun tersirat.